Jumat, 09 Januari 2015

Zaman Logam

Zaman perunggu

Zaman Perunggu (bahasa Inggris: "Bronze Age") adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman Batu danZaman Besi. Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman untuk masyarakatprasejarah dan terjadi setelah Zaman Neolitikum di beberapa wilayah di dunia. Di sebagian besar Afrika subsahara, Zaman Neolitikum langsung diikuti Zaman Besi.
Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa.
Waktu dimulainya Zaman Perunggu berbeda-beda pada setiap kebudayaan, bergantung pada perkembangan sejarah tulisan pertama. Berdasarkan bukti arkeologis, budaya diMesir (hieroglif Mesir), Timur Dekat (kuneiform), dan Mediterania menggunakan sistem penulisan yang masih bertahan.
Sekitar 8.000 tahun lalu manusia menemukan cara mengolah logam. Mula-mula orang membuat barang dari tembaga dan emas yang ditempa dengan batu keras. Tapi lambat laun perajin belajar mengolah logam dengan cara memanaskannya sampai cair. Lalu logam cair itu dituang ke cetakan. Keunggulan logam adalah bisa dibuat menjadi bentuk yang rumit, seperti perkakas dan senjata. Jika patah, logam bisa dicairkan dan dibentuk lagi. Perunggu diperkirakan ditemukan orang pertama kali secara tak sengaja ketika mencampurkan sedikit timah dengan tembaga. Perunggu lalu diketahui lebih keras dan lebih tahan lama dibandingkan dengan logam lain serta bisa dibuat tajam. Zaman perunggu dimulai ketika rakyat di desa dan di tempat kerja mulai memakai perunggu. Salah satu daerah pertama yang membuat perunggu adalah Sumeria di Mesopotamia, tempat kota pertama dibangun.
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)



Zaman besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggusebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur). Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.


Zaman tembaga

Awal-awal zaman logam. Zaman tembaga ini tidak dikenal di Indonesia ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya bukti alat-alat yang terbuat dari tembaga


Kamis, 08 Januari 2015

Zaman Batu

ZAMAN paleolitikum)
  
Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya kapak genggam, kapak perimbas, monofacial, alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya.
Alat-alat ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras dll. Alat-alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu.
Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat-alat serpih. Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan. Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.
Pada Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Konigwald di Ngandong pada tahun 1936-1941.
Paleolitikum atau Zaman Batu Tua (Bahasa Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
 Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakanbatu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.


ZAMAN mesolitikum)
Kebudayaan mesolitikum mempunyai tiga bagian penting yang dapat diringkaskan sebagai berikutmesolitikum: pebble-culture (terutama di kjokkenmoddinger), bone-culture, dan flakes-culture (terutama di abris sous roche)
PEBBLE CULTURE
1.      Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Suatu corak istimewa dari mesolitikum adalah adanya peninggalan-peninggalan yang disebut dengan perkataan Denmark Kjokkenmoddinger (kjokken= dapur, modding= sampah, jadi arti sebenarnya: sampah- sampah dapur). Didapatkannya di sepanjang pantai- pantai Sumatra timur laut, di antara Langsa, di Aceh dan Medan, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi dahulunya di tepi pantai.
2.      Pebble ( kapak genggam mesolitikum Sumatera = Sumateralith)
 Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatra
3.      Hachecourt (kapak pendek)
             Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek. Melihat dari bentuknya, kemungkinan besar kapak pendek ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan. Selain itu kapak ini tidak diasah. Entah ini benar- benar kapak atau bukan, karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya terdapat pada ujung yang melingkar. Hal ini dikarenakan sebagian besar alatnya berbentuk lonjong dan dikerjakan pada satu sisi saja (monofacial hands-axe).
4.      Pipisan
 Selain kapak-kapak yang telah disebutkan di atas, di bukit karang juga ditemukan berbagai pipisan ( batu-batu penggiling beserta landasannya ) Pipisan ini rupanya tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah sebagaimana ternyata dari bekas-bekasnya
BONE CULTURE
 Tradisi pembuatan alat tulang dan tanduk tampaknya merupakan hal yang bersifat universal. Temuan tulang artefak sampai saat ini baru diketahui di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Situs yang mengandung sejumlah besar alat terdapat di situs gua Braholo yang sampai saat ini masih diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
            Selain itu, berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di gua Lawa di Sampung (daerah Ponorogo-Madiun, Jawa Timur), ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah danflakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian besar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung bone culture. Peninggalan-peninggalan Sampung ini dapat disamakan dengan temuan-temuan di gua-gua Tonkin yang bercampur dengan temuan-temuan kapak Hoabinhiani ( Sumatralith) dan di bukit-bukit kerang di Dabut ( Vietnam Utara). Pada tingkat perkembangan kebudayaan gua-gua ini terdapat penemuan-penemuan sejenis di hampir seluruh Asia Tenggara ( Jambi, Sulawesi, Flores, Timor, Maluku, Irian, dan tercakup juga Gua Niah di Serawak, Gua Tabon di Filipina, dan lain-lain) (Soejono, 2010: 31).
Hal tersebut membuktikan bahwa hasil budaya mesolitikum di Indonesia memiliki persamaan dengan negara-negara di luar. Hal tersebut mungkin dikarenakan Indonesia
terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia. Sehingga selain mendapat pengaruh
iklim dari kedua benua tersebut, Indonesia juga mendapat pengaruh penyebaran hewan, penyebaran manusia dan penyebaran kebudayaan.

FLAKES CULTURE
Tradisi serpih-bilah berkembang di beberapa daerah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri tradisis ini menonjol pada kala pasca-Plestosen. Teknik pembuatan alat-alatnya melanjutkan teknik pada masa sebelumnya, tetapi bentuk alat-alatnya tampak lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang bentuknya kecil melalui teknik pengerjaan yang rumit. Bahan batu yang dipakai untuk membuat alat di antaranya adalah kalsedon, batu gamping, dan andesit. Tradisi serpih-bilah berlangsung dalam kehidupan di gua-gua Sulawesi dan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur, sedangkan di Jawa serpih-bilah tidak memainkan peran penting dalam konteks tradisi tulang.
            Aspek teknologis menghadirkan cirri-ciri umum berupa dataran pukul yang disiapkan sebelum pelepasan, bulbus yang terjadi di bidang alas sebagai akibat pada tekanan kala pemangkasan, bekas pemangkasan serpih lain, dan retus-retus pengerjaan untuk penyempurnaan tajaman. Tipologi artefak yang dihasilkan cukup berfariasi. Menurut Simanjuntak (dalam Soejono, 2010: 166), tipe-tipe alat yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1.   Serut, dicirikan oleh keberadaan retus bersambung menutupi seluruh atau sebagian sisi alat. Jenis ini merupakan jenis yang dominan, dengan retus yang cenderung bersifat marginal. Serut terdiri dari empat tipe, yaitu serut samping, serut ujung, serut cekung, dan serut gigir.
2.   Serpih tanpa retus, kelompok ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan serpih yang diretus untuk dijadikan alat dalam hal morfologi, teknologis, maupun metric.
3.   Serpih dengan retus pemakaian, cirri morfologisnya sama dengan serpih tanpa retus, bedanya ialah dalam hal kehadiran primping-perimping bekas pemakainan.
4.   Bilah dengan retus, memiliki cirri-ciri teknologis yang sama dengan serpih, dengan perbedaan pokok pada morfologi yang memanjang dengan kedua sisi lateral yang relative sejajar.

                 Manusia yang hidup pada zaman ini adalah manusia yang lebih cerdas yaitu Homo Sapiens.

ZAMAN neolitikum)
Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di seluruh kepulauan kita.Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan Mesolithikum yang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.
Dikatakan bahwa Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal bercocok tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan kepandaian membuat rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan membuat periuk belanga,sangat mendapat kemajuan.
Menurut alat-alatnya yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong.

KAPAK PERSEGI
Nama kapak Persegi itu berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk Trapesium.Yang dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi banyak lagi alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung sedikit, dan diberi bertangkai yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu.

Bahan pembuatan Kapak ini adalah:
·         Untuk kapak biasa dibuat dari batu api
·         Untuk kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat upacara,tanda kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.

Kapak Lonjong

Kapak-kapak persegi ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di bagian Timur Negeri kita, ialah Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan juga di Kalimantan, di Malaysia barat dan Hindia Belakang, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita dari daratan Asia melalui jalan barat.


ZAMAN megalitikum)
Beberapa artefak pada zaman megalitikum diantaranya :









1. Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.

2. Punden Berundak-undak


Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati gambar-gambar berikut ini.

3.Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.

Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina.
4.Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

5.Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.

6.Arca batu

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

7.Waruga

Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.











 ZAMAN paleolitikum)
  
Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya kapak genggam, kapak perimbas, monofacial, alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya.
Alat-alat ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras dll. Alat-alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu.
Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat-alat serpih. Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan. Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.
Pada Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Konigwald di Ngandong pada tahun 1936-1941.
Paleolitikum atau Zaman Batu Tua (Bahasa Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
 Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakanbatu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.


ZAMAN mesolitikum)
Kebudayaan mesolitikum mempunyai tiga bagian penting yang dapat diringkaskan sebagai berikutmesolitikum: pebble-culture (terutama di kjokkenmoddinger), bone-culture, dan flakes-culture (terutama di abris sous roche)
PEBBLE CULTURE
1.      Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Suatu corak istimewa dari mesolitikum adalah adanya peninggalan-peninggalan yang disebut dengan perkataan Denmark Kjokkenmoddinger (kjokken= dapur, modding= sampah, jadi arti sebenarnya: sampah- sampah dapur). Didapatkannya di sepanjang pantai- pantai Sumatra timur laut, di antara Langsa, di Aceh dan Medan, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi dahulunya di tepi pantai.
2.      Pebble ( kapak genggam mesolitikum Sumatera = Sumateralith)
 Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatra
3.      Hachecourt (kapak pendek)
             Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek. Melihat dari bentuknya, kemungkinan besar kapak pendek ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan. Selain itu kapak ini tidak diasah. Entah ini benar- benar kapak atau bukan, karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya terdapat pada ujung yang melingkar. Hal ini dikarenakan sebagian besar alatnya berbentuk lonjong dan dikerjakan pada satu sisi saja (monofacial hands-axe).
4.      Pipisan
 Selain kapak-kapak yang telah disebutkan di atas, di bukit karang juga ditemukan berbagai pipisan ( batu-batu penggiling beserta landasannya ) Pipisan ini rupanya tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah sebagaimana ternyata dari bekas-bekasnya
BONE CULTURE
 Tradisi pembuatan alat tulang dan tanduk tampaknya merupakan hal yang bersifat universal. Temuan tulang artefak sampai saat ini baru diketahui di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Situs yang mengandung sejumlah besar alat terdapat di situs gua Braholo yang sampai saat ini masih diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
            Selain itu, berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di gua Lawa di Sampung (daerah Ponorogo-Madiun, Jawa Timur), ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah danflakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian besar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung bone culture. Peninggalan-peninggalan Sampung ini dapat disamakan dengan temuan-temuan di gua-gua Tonkin yang bercampur dengan temuan-temuan kapak Hoabinhiani ( Sumatralith) dan di bukit-bukit kerang di Dabut ( Vietnam Utara). Pada tingkat perkembangan kebudayaan gua-gua ini terdapat penemuan-penemuan sejenis di hampir seluruh Asia Tenggara ( Jambi, Sulawesi, Flores, Timor, Maluku, Irian, dan tercakup juga Gua Niah di Serawak, Gua Tabon di Filipina, dan lain-lain) (Soejono, 2010: 31).
Hal tersebut membuktikan bahwa hasil budaya mesolitikum di Indonesia memiliki persamaan dengan negara-negara di luar. Hal tersebut mungkin dikarenakan Indonesia
terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia. Sehingga selain mendapat pengaruh
iklim dari kedua benua tersebut, Indonesia juga mendapat pengaruh penyebaran hewan, penyebaran manusia dan penyebaran kebudayaan.

FLAKES CULTURE
Tradisi serpih-bilah berkembang di beberapa daerah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri tradisis ini menonjol pada kala pasca-Plestosen. Teknik pembuatan alat-alatnya melanjutkan teknik pada masa sebelumnya, tetapi bentuk alat-alatnya tampak lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang bentuknya kecil melalui teknik pengerjaan yang rumit. Bahan batu yang dipakai untuk membuat alat di antaranya adalah kalsedon, batu gamping, dan andesit. Tradisi serpih-bilah berlangsung dalam kehidupan di gua-gua Sulawesi dan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur, sedangkan di Jawa serpih-bilah tidak memainkan peran penting dalam konteks tradisi tulang.
            Aspek teknologis menghadirkan cirri-ciri umum berupa dataran pukul yang disiapkan sebelum pelepasan, bulbus yang terjadi di bidang alas sebagai akibat pada tekanan kala pemangkasan, bekas pemangkasan serpih lain, dan retus-retus pengerjaan untuk penyempurnaan tajaman. Tipologi artefak yang dihasilkan cukup berfariasi. Menurut Simanjuntak (dalam Soejono, 2010: 166), tipe-tipe alat yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1.   Serut, dicirikan oleh keberadaan retus bersambung menutupi seluruh atau sebagian sisi alat. Jenis ini merupakan jenis yang dominan, dengan retus yang cenderung bersifat marginal. Serut terdiri dari empat tipe, yaitu serut samping, serut ujung, serut cekung, dan serut gigir.
2.   Serpih tanpa retus, kelompok ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan serpih yang diretus untuk dijadikan alat dalam hal morfologi, teknologis, maupun metric.
3.   Serpih dengan retus pemakaian, cirri morfologisnya sama dengan serpih tanpa retus, bedanya ialah dalam hal kehadiran primping-perimping bekas pemakainan.
4.   Bilah dengan retus, memiliki cirri-ciri teknologis yang sama dengan serpih, dengan perbedaan pokok pada morfologi yang memanjang dengan kedua sisi lateral yang relative sejajar.

               
ZAMAN neolitikum)
Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di seluruh kepulauan kita.Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan Mesolithikum yang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.
Dikatakan bahwa Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal bercocok tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan kepandaian membuat rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan membuat periuk belanga,sangat mendapat kemajuan.
Menurut alat-alatnya yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong.

KAPAK PERSEGI
Nama kapak Persegi itu berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk Trapesium.Yang dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi banyak lagi alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung sedikit, dan diberi bertangkai yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu.

Bahan pembuatan Kapak ini adalah:
·         Untuk kapak biasa dibuat dari batu api
·         Untuk kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat upacara,tanda kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.

Kapak Lonjong

Kapak-kapak persegi ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di bagian Timur Negeri kita, ialah Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan juga di Kalimantan, di Malaysia barat dan Hindia Belakang, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita dari daratan Asia melalui jalan barat.

 Manusia yang hidup pada zaman ini adalah manusia yang lebih cerdas yaitu Homo Sapiens.


ZAMAN megalitikum)
Beberapa artefak pada zaman megalitikum diantaranya :
  

1. Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.


2. Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati gambar-gambar berikut ini.

3.Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.

Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina.
4.Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

5.Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.

6.Arca batu

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

7.Waruga

Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.