ZAMAN paleolitikum)
Beberapa
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya kapak genggam, kapak
perimbas, monofacial, alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang
telah dikerjakan kedua sisinya.
Alat-alat
ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras dll. Alat-alat ini
dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang
hanya berupa pecahan batu.
Contoh
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat-alat serpih.
Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di
Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi
yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan.
Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.
Pada
Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan
beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang
bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia.
Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami
perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari
Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus
memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil,
rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah
tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von
Konigwald di Ngandong pada tahun 1936-1941.
Paleolitikum atau Zaman Batu Tua (Bahasa
Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic,
Yunani:παλαιός (palaios) —
purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula
kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah
antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia
hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.
Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak
bercocok tanam. Mereka menggunakanbatu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari.
Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
ZAMAN mesolitikum)
Kebudayaan mesolitikum
mempunyai tiga bagian penting yang dapat diringkaskan sebagai berikut: mesolitikum: pebble-culture (terutama
di kjokkenmoddinger), bone-culture, dan flakes-culture (terutama
di abris sous roche)
PEBBLE
CULTURE
1.
Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Suatu corak istimewa dari mesolitikum adalah adanya peninggalan-peninggalan
yang disebut dengan perkataan Denmark Kjokkenmoddinger (kjokken= dapur,
modding= sampah, jadi arti sebenarnya: sampah- sampah dapur).
Didapatkannya di sepanjang pantai- pantai Sumatra timur laut, di antara Langsa,
di Aceh dan Medan, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi
dahulunya di tepi pantai.
2.
Pebble ( kapak
genggam mesolitikum Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein
Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan
kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatra
3.
Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga
ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang
disebut dengan hachecourt/kapak pendek. Melihat dari bentuknya,
kemungkinan besar kapak pendek ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan.
Selain itu kapak ini tidak diasah. Entah ini benar- benar kapak atau bukan,
karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya terdapat pada
ujung yang melingkar. Hal ini dikarenakan sebagian besar alatnya berbentuk
lonjong dan dikerjakan pada satu sisi saja (monofacial hands-axe).
4.
Pipisan
Selain kapak-kapak yang telah
disebutkan di atas, di bukit karang juga ditemukan berbagai pipisan ( batu-batu
penggiling beserta landasannya ) Pipisan ini
rupanya tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah sebagaimana ternyata dari bekas-bekasnya
BONE CULTURE
Tradisi pembuatan alat tulang dan
tanduk tampaknya merupakan hal yang bersifat universal. Temuan tulang artefak
sampai saat ini baru diketahui di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Situs yang
mengandung sejumlah besar alat terdapat di situs gua Braholo yang sampai saat
ini masih diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Selain
itu, berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di gua Lawa di Sampung
(daerah Ponorogo-Madiun, Jawa Timur), ditemukan alat-alat dari batu seperti
ujung panah danflakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang,
tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog
bagian besar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut
sebagai Sampung bone culture. Peninggalan-peninggalan Sampung
ini dapat disamakan dengan temuan-temuan di gua-gua Tonkin yang bercampur
dengan temuan-temuan kapak Hoabinhiani ( Sumatralith) dan
di bukit-bukit kerang di Dabut ( Vietnam Utara). Pada tingkat perkembangan
kebudayaan gua-gua ini terdapat penemuan-penemuan sejenis di hampir seluruh
Asia Tenggara ( Jambi, Sulawesi, Flores, Timor, Maluku, Irian, dan tercakup
juga Gua Niah di Serawak, Gua Tabon di Filipina, dan lain-lain) (Soejono,
2010: 31).
Hal tersebut
membuktikan bahwa hasil budaya mesolitikum di Indonesia memiliki persamaan
dengan negara-negara di luar. Hal tersebut mungkin dikarenakan Indonesia
terletak di antara dua benua, yaitu Asia
dan Australia. Sehingga selain mendapat pengaruh
iklim dari kedua benua tersebut,
Indonesia juga mendapat pengaruh penyebaran hewan, penyebaran manusia dan
penyebaran kebudayaan.
FLAKES CULTURE
Tradisi serpih-bilah berkembang di
beberapa daerah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri
tradisis ini menonjol pada kala pasca-Plestosen. Teknik pembuatan alat-alatnya
melanjutkan teknik pada masa sebelumnya, tetapi bentuk alat-alatnya tampak
lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang
bentuknya kecil melalui teknik pengerjaan yang rumit. Bahan batu yang dipakai
untuk membuat alat di antaranya adalah kalsedon, batu gamping, dan andesit.
Tradisi serpih-bilah berlangsung dalam kehidupan di gua-gua Sulawesi dan
pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur, sedangkan di Jawa serpih-bilah tidak
memainkan peran penting dalam konteks tradisi tulang.
Aspek
teknologis menghadirkan cirri-ciri umum berupa dataran pukul yang disiapkan
sebelum pelepasan, bulbus yang terjadi di bidang alas sebagai akibat pada
tekanan kala pemangkasan, bekas pemangkasan serpih lain, dan retus-retus pengerjaan
untuk penyempurnaan tajaman. Tipologi artefak yang dihasilkan cukup berfariasi.
Menurut Simanjuntak (dalam Soejono, 2010: 166), tipe-tipe alat yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
1. Serut,
dicirikan oleh keberadaan retus bersambung menutupi seluruh atau sebagian sisi
alat. Jenis ini merupakan jenis yang dominan, dengan retus yang cenderung
bersifat marginal. Serut terdiri dari empat tipe, yaitu serut samping, serut
ujung, serut cekung, dan serut gigir.
2. Serpih
tanpa retus, kelompok ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan serpih yang
diretus untuk dijadikan alat dalam hal morfologi, teknologis, maupun metric.
3. Serpih
dengan retus pemakaian, cirri morfologisnya sama dengan serpih tanpa retus,
bedanya ialah dalam hal kehadiran primping-perimping bekas pemakainan.
4. Bilah
dengan retus, memiliki cirri-ciri teknologis yang sama dengan serpih, dengan
perbedaan pokok pada morfologi yang memanjang dengan kedua sisi lateral yang
relative sejajar.
Manusia yang hidup pada zaman
ini adalah manusia yang lebih cerdas yaitu Homo Sapiens.
ZAMAN neolitikum)
Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di
seluruh kepulauan kita.Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan
Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan
Mesolithikum yang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.
Dikatakan bahwa
Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban
Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud
dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal
bercocok tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan
kepandaian membuat rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat
yang memerlukan segala peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan
perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama
itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan membuat periuk belanga,sangat mendapat
kemajuan.
Menurut alat-alatnya
yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat
dibagi dalam dua golongan besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan
kapak lonjong.
KAPAK PERSEGI
Nama kapak Persegi itu
berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada penampang-alang dari
alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk Trapesium.Yang
dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi banyak lagi
alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu
beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk
mengerjakan kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung
sedikit, dan diberi bertangkai yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu.
Bahan pembuatan Kapak ini adalah:
· Untuk
kapak biasa dibuat dari batu api
· Untuk
kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat
upacara,tanda kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.
Kapak Lonjong
Kapak-kapak persegi
ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di
bagian Timur Negeri kita, ialah Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan juga di
Kalimantan, di Malaysia barat dan Hindia Belakang, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita
dari daratan Asia melalui jalan barat.
ZAMAN megalitikum)
Beberapa artefak pada zaman megalitikum
diantaranya :
1. Menhir
Menhir adalah
bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh
nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti
punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah
(Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi
fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan
dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa
Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati
gambar-gambar berikut ini.
3.Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa
Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan
NTT.
Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai
kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam
Cina.
4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus
yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa
periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali
Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu
dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti
mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan
batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga
ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta
manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat
menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
6.Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk
binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan
bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara
lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
7.Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum.
Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara
lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda-
benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain-
lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur
ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa
juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda
periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan
sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
ZAMAN paleolitikum)
Beberapa
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya kapak genggam, kapak
perimbas, monofacial, alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang
telah dikerjakan kedua sisinya.
Alat-alat
ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras dll. Alat-alat ini
dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang
hanya berupa pecahan batu.
Contoh
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat-alat serpih.
Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di
Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi
yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan.
Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.
Pada
Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil kebudayaan, juga ditemukan
beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang
bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia.
Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami
perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari
Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus
memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil,
rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah
tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von
Konigwald di Ngandong pada tahun 1936-1941.
Paleolitikum atau Zaman Batu Tua (Bahasa
Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic,
Yunani:παλαιός (palaios) —
purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula
kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah
antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia
hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.
Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak
bercocok tanam. Mereka menggunakanbatu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari.
Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
ZAMAN mesolitikum)
Kebudayaan mesolitikum
mempunyai tiga bagian penting yang dapat diringkaskan sebagai berikut: mesolitikum: pebble-culture (terutama
di kjokkenmoddinger), bone-culture, dan flakes-culture (terutama
di abris sous roche)
PEBBLE
CULTURE
1.
Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Suatu corak istimewa dari mesolitikum adalah adanya peninggalan-peninggalan
yang disebut dengan perkataan Denmark Kjokkenmoddinger (kjokken= dapur,
modding= sampah, jadi arti sebenarnya: sampah- sampah dapur).
Didapatkannya di sepanjang pantai- pantai Sumatra timur laut, di antara Langsa,
di Aceh dan Medan, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi
dahulunya di tepi pantai.
2.
Pebble ( kapak
genggam mesolitikum Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein
Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan
kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatra
3.
Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga
ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang
disebut dengan hachecourt/kapak pendek. Melihat dari bentuknya,
kemungkinan besar kapak pendek ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan.
Selain itu kapak ini tidak diasah. Entah ini benar- benar kapak atau bukan,
karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya terdapat pada
ujung yang melingkar. Hal ini dikarenakan sebagian besar alatnya berbentuk
lonjong dan dikerjakan pada satu sisi saja (monofacial hands-axe).
4.
Pipisan
Selain kapak-kapak yang telah
disebutkan di atas, di bukit karang juga ditemukan berbagai pipisan ( batu-batu
penggiling beserta landasannya ) Pipisan ini
rupanya tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah sebagaimana ternyata dari bekas-bekasnya
BONE CULTURE
Tradisi pembuatan alat tulang dan
tanduk tampaknya merupakan hal yang bersifat universal. Temuan tulang artefak
sampai saat ini baru diketahui di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Situs yang
mengandung sejumlah besar alat terdapat di situs gua Braholo yang sampai saat
ini masih diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Selain
itu, berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di gua Lawa di Sampung
(daerah Ponorogo-Madiun, Jawa Timur), ditemukan alat-alat dari batu seperti
ujung panah danflakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang,
tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog
bagian besar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut
sebagai Sampung bone culture. Peninggalan-peninggalan Sampung
ini dapat disamakan dengan temuan-temuan di gua-gua Tonkin yang bercampur
dengan temuan-temuan kapak Hoabinhiani ( Sumatralith) dan
di bukit-bukit kerang di Dabut ( Vietnam Utara). Pada tingkat perkembangan
kebudayaan gua-gua ini terdapat penemuan-penemuan sejenis di hampir seluruh
Asia Tenggara ( Jambi, Sulawesi, Flores, Timor, Maluku, Irian, dan tercakup
juga Gua Niah di Serawak, Gua Tabon di Filipina, dan lain-lain) (Soejono,
2010: 31).
Hal tersebut
membuktikan bahwa hasil budaya mesolitikum di Indonesia memiliki persamaan
dengan negara-negara di luar. Hal tersebut mungkin dikarenakan Indonesia
terletak di antara dua benua, yaitu Asia
dan Australia. Sehingga selain mendapat pengaruh
iklim dari kedua benua tersebut,
Indonesia juga mendapat pengaruh penyebaran hewan, penyebaran manusia dan
penyebaran kebudayaan.
FLAKES CULTURE
Tradisi serpih-bilah berkembang di
beberapa daerah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri
tradisis ini menonjol pada kala pasca-Plestosen. Teknik pembuatan alat-alatnya
melanjutkan teknik pada masa sebelumnya, tetapi bentuk alat-alatnya tampak
lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang
bentuknya kecil melalui teknik pengerjaan yang rumit. Bahan batu yang dipakai
untuk membuat alat di antaranya adalah kalsedon, batu gamping, dan andesit.
Tradisi serpih-bilah berlangsung dalam kehidupan di gua-gua Sulawesi dan
pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur, sedangkan di Jawa serpih-bilah tidak
memainkan peran penting dalam konteks tradisi tulang.
Aspek
teknologis menghadirkan cirri-ciri umum berupa dataran pukul yang disiapkan
sebelum pelepasan, bulbus yang terjadi di bidang alas sebagai akibat pada
tekanan kala pemangkasan, bekas pemangkasan serpih lain, dan retus-retus pengerjaan
untuk penyempurnaan tajaman. Tipologi artefak yang dihasilkan cukup berfariasi.
Menurut Simanjuntak (dalam Soejono, 2010: 166), tipe-tipe alat yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
1. Serut,
dicirikan oleh keberadaan retus bersambung menutupi seluruh atau sebagian sisi
alat. Jenis ini merupakan jenis yang dominan, dengan retus yang cenderung
bersifat marginal. Serut terdiri dari empat tipe, yaitu serut samping, serut
ujung, serut cekung, dan serut gigir.
2. Serpih
tanpa retus, kelompok ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan serpih yang
diretus untuk dijadikan alat dalam hal morfologi, teknologis, maupun metric.
3. Serpih
dengan retus pemakaian, cirri morfologisnya sama dengan serpih tanpa retus,
bedanya ialah dalam hal kehadiran primping-perimping bekas pemakainan.
4. Bilah
dengan retus, memiliki cirri-ciri teknologis yang sama dengan serpih, dengan
perbedaan pokok pada morfologi yang memanjang dengan kedua sisi lateral yang
relative sejajar.
ZAMAN neolitikum)
Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di
seluruh kepulauan kita.Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan
Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan
Mesolithikum yang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.
Dikatakan bahwa
Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban
Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud
dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal
bercocok tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan
kepandaian membuat rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat
yang memerlukan segala peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan
perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama
itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan membuat periuk belanga,sangat mendapat
kemajuan.
Menurut alat-alatnya
yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat
dibagi dalam dua golongan besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan
kapak lonjong.
KAPAK PERSEGI
Nama kapak Persegi itu
berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada penampang-alang dari
alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk Trapesium.Yang
dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi banyak lagi
alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu
beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk
mengerjakan kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung
sedikit, dan diberi bertangkai yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu.
Bahan pembuatan Kapak ini adalah:
· Untuk
kapak biasa dibuat dari batu api
· Untuk
kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat
upacara,tanda kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.
Kapak Lonjong
Kapak-kapak persegi
ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di
bagian Timur Negeri kita, ialah Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan juga di
Kalimantan, di Malaysia barat dan Hindia Belakang, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita
dari daratan Asia melalui jalan barat.
Manusia yang hidup pada zaman ini adalah manusia yang lebih cerdas yaitu Homo Sapiens.
ZAMAN megalitikum)
Beberapa artefak pada zaman megalitikum
diantaranya :
1. Menhir
Menhir adalah
bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh
nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti
punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah
(Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi
fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan
dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa
Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati
gambar-gambar berikut ini.
3.Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa
Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan
NTT.
Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai
kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam
Cina.
4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus
yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa
periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali
Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu
dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti
mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan
batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga
ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta
manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat
menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
6.Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk
binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan
bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara
lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
7.Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum.
Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara
lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda-
benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain-
lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur
ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa
juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda
periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan
sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.